Mengapa Anak Bisa Mengalami Stunting?        


Stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun. Lalu apa saja gejala atau tanda anak stunting?
  1. Berat badan tidak naik melainkan cenderung menurun
  2. Terlambatnya perkembangan tubuh
  3. Mudah terkena penyakit infeksi
  4. Kemampuan kognitif lemah
  5. Mudah lelah
  6. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  7. Usia 8-10 tahun menjadi lebih pendiam
Berikut adalah faktor-faktor penyebab anak mengalami stunting:
  • Berat badan lahir rendah
Menurut Kemenkes RI, berat badan bayi baru lahir yang normal adalah 2.500–4.000 gram. Bayi dikatakan memiliki berat badan lahir rendah jika berat lahirnya kurang dari 2.500 gram. Hasil penelitian menyatakan bahwa bayi yang memiliki berat lahir rendah memiliki kecenderungan untuk menjadi stunting, memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, dan IQ yang lebih rendah. Faktor yang mempengaruhi berat badan lahir rendah pada bayi adalah status gizi ibu yang buruk sebelum hamil, postur tubuh ibu pendek, dan kurangnya asupan gizi ibu selama hamil. Maka untuk mencegah bayi lahir dengan berat badan yang kurang, pastikan status gizi ibu sebelum hamil sudah baik, dan patuhi syarat kenaikan berat badan saat hamil setiap bulan.
  • Tidak mendapatkan ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya, tanpa menambahkan atau menggantinya dengan makanan dan minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, karena kandungannya baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta mengandung zat untuk kekebalan tubuh dan perlindungan pada sistem pencernaan. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif sangat berkaitan dengan kejadian stunting pada anak. Sekitar 48 dari 51 anak yang stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini (sebelum anak berusia 6 bulan) juga berhubungan dengan kejadian stunting pada anak. Hal ini disebabkan karena pada saat ASI dihentikan, anak tidak mendapatkan zat kekebalan yang terkandung dalam ASI. Sedangkan jika MPASI yang diberikan tidak higenis atau anak belum siap mengkonsumsi makanan, ia akan terkena infeksi.
  • Kekurangan asupan energi dan protein
Asupan energi dan protein yang kurang pada anak dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat, sehingga terjadi stunting. Pada 6 bulan pertama setelah lahir, ibu harus menjaga asupan makanannya, karena sumber energi dan protein bayi hanya dari ASI yang ibu berikan. Saat masuk masa MPASI, ibu juga tetap harus memperhatikan apakah asupan energi dan protein si kecil sudah cukup atau belum. Salah satu cara untuk mengetahui apakah si kecil mendapatkan asupan yang cukup adalah dengan rutin menimbang dan mengukur tinggi badan bayi setiap bulannya, baik ke posyandu maupun ke dokter anak.
  • Tidak imunisasi
Imunisasi dapat menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi yang dapat melawan agen infeksi atau menyediakan perlindungan sementara melalui pemberian antibodi. Pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan penting, yaitu untuk mengurangi risiko anak terinfeksi dan mencegah kematian pada anak, misalnya akibat TBC, difteri, tetanus, pertussis, polio, campak, hepatitis B, dan sebagainya. Status imunisasi anak ditemukan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Hal ini disebabkan karena ketika anak terkena penyakit, akan terjadi perubahan dalam asupan zat gizi, seperti muntah, tidak nafsu makan, dan terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Ketika kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi, akan terjadi gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting. Cara Pencegahan Stunting: Untuk mencegah stunting, ibu hamil dan anak-anak di bawah usia 2 tahun perlu mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Layanan ini meliputi:
  • Imunisasi dasar
  • Pemberian ASI eksklusif
  • Air minum dan sanitasi layak
  • Nutrisi yang seimbang
  • Kondisi pangan yang layak
Nutrisi yang seimbang dan kondisi pangan yang layak seringkali tidak didukung oleh perilaku anak yang cenderung memilih-milih jenis makanannya. Anak kecil umumnya hanya menyukai makanan yang manis seperti coklat, kue atau es krim, dan cenderung menghindari sayur dan buah yang kaya akan vitamin dan mineral. Hal ini tentunya akan menghambat terpenuhinya kebutuhan gizi sehingga bisa menyebabkan stunting pada anak. Untuk memastikan anak mendapatkan gizi seimbang, maka bila perlu kita bisa menambahkan multivitamin anak yang berfungsi meningkatkan nafsu makan, meningkatkan daya tahan tubuh dan menjadikan anak tumbuh sehat dan aktif. KIDDS VITA CHEWZ adalah suplemen makanan yang mengandung L-Lysine hydrochloride untuk meningkatkan nafsu makan dan multivitamin yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan multivitamin anak. Bentuknya tablet hisap yang bisa dikunyah dengan rasa peach & berry kesukaan anak. KIDDZ VITA CHEWZ, multivitamin favorit anak sehat dan Ibu cerdas.   Source : hellosehat.com, posciety.com , guesehat.com dan friso.co.id